Tuesday, October 21, 2014

Groupon


              
              Perusahaan Groupon diluncurkan pertama kali di Chicago, Amerika Serikat pada November 2008 oleh Andrew Mason. Pencetus ide Groupon ini membangun  sistem mekanisme media untuk membangun hubungan antara produsen dengan konsumen dengan membentuk sebuah komunitas online.
Cara yang dilakukannya terbilang menarik, yaitu dengan memberikan penawaran promo atau diskon.


          Groupon yang merupakan singkatan dari Group Coupon merupakan sebuah situs jaringan yang menyediakan penawaran promo produk atau jasa tertentu dalam bentuk voucher yang dapat ditukarkan di perusahaan lokal. Basis dari Groupon sendiriadalah situs daily deals atau transaksi harian yang menawarkan diskon yang dikeluarkan secara rutin setiap harinya. Groupon juga menerapkan adanya batas 17waktu dalam setiap penawaran atau limited time offeryang juga harus diperhatikan untuk mendapatkan kupon promo. Misi dari Groupon sendiri seperti yang dilansir dari Facebook Fanpage Groupon (http://www.facebook.com/groupon/info, diakses 27 Agustus2012), berbunyi sebagai berikut “connecting the highest quality businesses and the world's best customers, featuring new ways to explore your city”.


          Perusahaan Groupon bekerja sama dengan lebih dari 250.000 bisnis perusahaan atau merchant untuk memberikan diskonsecara besar-besaran bahkan lebih dari 50% kepada para konsumennya. Setelah debut pertamanya di Chicago, Groupon kemudian berekspansi ke sejumlah kota, yakni Boston, New York, dan Toronto.


          Pada Oktober 2010, Groupon melayani lebih dari 150 pasar di Amerika Utara dan 100 pasar di Eropa, Asia, dan Amerika Selatan serta tercatat memiliki 35 juta pengguna yang terdaftar. Pasar Groupon paling banyak diisi oleh konsumen wanita, dengan transaksi yang berfokus pada kategori kesehatan, fitness, dan kecantikan. Menurut data dari The Wall Street Journal (2011), perusahaan Groupon memiliki 51 juta orang yang berlangganan e-mail Groupon untuk mendapatkan informasi transaksi harian pada tahun 2011 dan memperkirakan akan meningkatkan jumlahnya sebanyak tiga kali lipat pada akhir tahun.


          Groupon telah menjangkau 500 kota di 48 negara dengan banyak anak perusahaan asing di seluruh dunia. Semua nama brand perusahaan asing yang 18diakuisisi telah diubah menjadi Groupon setelah diambil alih. Salah satunya adalah PT Disdus dari Indonesia, yang telah diakuisisi dan berganti nama menjadi Groupon Disdus (Groupon Indonesia).

 

Sejarah Groupon Disdus


         PT Disdus pertama kali diperkenalkan oleh Jason Lamuda dan Ferry Tenka. Kedua founder PT Disdus ini mendapat inspirasi dari situs Groupon yang tengah berkembangpada tahun 2008 di Amerika. Melihat tingginya potensi dalam bisnis penyedia diskon, ide tersebut dibawa ke Indonesia dan pada tanggal 11 Agustus 2010 didirikanlah PT Disdus–“Diskon Dahsyat Untuk Kita Semua”. Konsep bisnis PT Disdus disebut dengan social commerce, yakni PT Disdus menjual berbagai penawaran dengan harga yang lebih murah, namun penjualannya dalam jumlah banyak, kurang lebih 1.000 -2.000 jenis barang dan jasa tiap minggunya(Wartaekonomi,2012).


          Terhitung dari April 2011, PT Disdus merupakan bagian dari perusahaan raksasa Groupon. Dilihat dari perspektif PT Disdus, pengakuisisian ini ditujukkan untuk menambah modal sehingga dapat meningkatkan layanan dan penjualannya. Sedangkan, seperti dilansir dari SWAOnline(2011), Groupon mengajukan akuisisi untuk dapat masuk ke pasar Indonesia. Sejak bersatunya kedua perusahaan tersebut, PT Disdus berganti nama menjadi Groupon Disdus (Groupon Indonesia). Perkembangan Groupon Disdus pun sangat luar biasa, tercatat dari sebelum diakuisisi sampai dengan bulan pertama setelah diakuisisi, revenue berkembang empat kali lipat. Seperti yang dilansir dari Wartaekonomi (2012), hingga pertengahan tahun ini, target growthnya sebesar 20 –30% per bulan dan selama empat sampai lima bulan ke belakang, Groupon Disdus telah memenuhi target pertumbuhan sebesar itu.


          Groupon Disdus kini telah melebarkan sayap untuk mengembangkan layanan ke beberapa kota besar di Indonesia, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali. Selain bekerja sama dengan banyak merchant yang di Indonesia, Groupon Disdus juga telah melakukan kerjasama dengan merchant di empat negara tetangga,yakni Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand.
 


Berikut ini adalah artikel yang dibuat oleh yahoo untuk mengetahui lebih dalam mengenai Co-founder Disdus Indonesia:

 

Co-founder Disdus: Anda bisa sukses di industri manapun!



Jason Lamuda (gambar di kanan) adalah salah satu orang yang jarang hadir di acara networking di Indonesia. Tapi semua orang tetap mengenalnya karena kesuksesan yang ia dirikan bersama co-foundernya: website daily deal Disdus, yang diakuisisi oleh Groupon di tahun 2011, dan website e-commerce fashion wanita BerryBenka yang berhasil memperoleh investasi seri B akhir tahun lalu.
Jason adalah salah satu dari banyak orang Indonesia yang keluar dari negaranya sendiri karena ke
rusuhan di tahun 1998. Ia melanjutkan studinya di Singapura dan kemudian mengikuti jejak saudara-saudaranya yang melanjutkan studi di Amerika.
Jason mengambil kuliah teknik kimia di Purdue University karena berdasarkan riset yang ia lakukan, lulusan teknik kimia cenderung digaji tinggi. Ia saat itu sama sekali tidak memikirkan akan mendirikan bisnis sendiri.
Selama di Amerika, ia kagum bagaimana teknologi bisa mengubah tatanan hidup masyarakat. Ia sendiri sering menggunakan layanan online seperti Amazon. Jason juga kagum dengan orang-orang yang mendirikan perusahaan yang mampu mengubah dunia. “Para founder ini merupakan orang-orang dari latar belakang yang berbeda; ada yang miskin, ada yang kaya, ada juga yang tidak begitu tahu banyak mengenai teknologi. Tapi mereka bisa sukses dan mengubah dunia menjadi lebih baik,” kata Lamuda.
Dari situlah Jason menumbuhkan antusiasme untuk mendirikan perusahaan teknologinya sendiri. Ia menyelesaikan kuliah S2 jurusan teknik finansial di Columbia University di tahun 2008, dan mendapat dua tawaran pekerjaan: satu di Wall Street di Amerika, dan satu lagi di McKinsey di Indonesia. Yakin bahwa peluang untuk menjadi entrepreneur di negara asalnya jauh lebih besar, ia akhirnya kembali ke Indonesia.

Gagal di startup pertamanya


Jason menghabiskan waktu selama dua tahun bekerja di McKinsey Indonesia sebelum akhirnya ia merasa bahwa sudah saatnya untuk berpindah. “Persaingan di industri teknologi di Amerika sangatlah ketat, (tapi) ketika saya kembali ke Indonesia, (dunia) internet masih merupakan hal baru di sini.”
Ia kemudian mengajak teman kuliahnya, Ferry Tenka, yang saat itu sedang bekerja di Amerika, untuk kembali ke Indonesia dan memulai sesuatu yang baru dengannya. Keduanya kemudian berhenti dari pekerjaan masing-masing dan mendedikasikan dua sampai tiga tahun untuk menguji apakah startup mereka sukses atau tidak. “Jika tidak sukses, maka kami masih bisa kembali mencari pekerjaan.”
Hanya bermodalkan semangat untuk memulai bisnis online, keduanya akhirnya mendaftar di kursus kilat pemrograman. “Tidak satupun dari kami tahu cara membuat sebuah website,” kata Jason sambil tersenyum. Mereka akhirnya mengerti dasar-dasar pemrograman, tapi tetap merasa bahwa mereka belum cukup ahli untuk membuat sebuah website sendiri.
Ide pertama dari Jason dan Ferry adalah Citzel, sebuah layanan berbasis lokasi yang terinspirasi dari Foursquare dan Yelp. bagaimana keduanya membuatnya? Mereka merekrut “guru” mereka sendiri yang mengajarkan mereka HTML di kursus kilat.
Layanan ini berjalan selama enam hingga tujuh bulan tapi tidak mendapatkan traksi yang bagus dari pengguna. “Awalnya kami ingin memulai antara Citzel atau Disdus. Kami memilih Citzel karena model bisnisnya tampak lebih seru bagi kami saat itu.”
Monetisasi Citzel bergantung pada perusahaan yang mau memasang iklan di platform mereka. Berkat Citzel, mereka berhasil membangun database merchant yang luas. Database ini terbukti sangat berguna ketika keduanya memutuskan untuk melakukan “pivot” dan mengganti model bisnis mereka menjadi daily deal Disdus. Website Disdus diluncurkan di bulan Agustus tahun 2010.

Diakuisisi hanya dalam waktu setengah tahun

 

groupon-disdus-720x266


Jason dan Ferry datang ke toko para merchant satu per satu untuk memperkenalkan ide daily deal mereka. Keduanya sempat mempresentasikan Citzel kepada East Ventures (EV) dan ditolak. Tapi VC ini yakin pada Disdus. EV berinvestasi pada Disdus pada bulan November tahun 2010, hanya tiga bulan setelah website tersebut diluncurkan. Jason dan Ferry mendapat bimbingan dari tim EV dan juga Andrew Darwis, founder Kaskus — forum online terbesar Indonesia.
Semuanya semakin baik dari situ. Disdus memulai pembicaraan dengan Groupon di bulan Februari 2011 dan akhirnya diakuisisi di bulan April. Sebelumnya, Jason dan Ferry mempelajari semuanya sendiri, mulai dari bagaimana menjalin kerja sama dan menghasilkan uang, dan bagaimana melakukan promosi online. Tapi berkat Groupon dan meeting telepon mingguan dengan mereka, keduanya memperoleh banyak bimbingan bagaimana menjalankan bisnis online berkelas dunia.
Setelah satu setengah tahun di Groupon Indonesia, Jason dan Ferry keluar dari perusahaan untuk memulai dominasi mereka di industri e-commerce Indonesia. Jason bergabung dengan BerryBenka, sebuah bisnis yang didirikan oleh pacarnya (yang sekarang sudah menjadi istri), Claudia Widjaja, sementara Ferry mendirikan website e-commerce bayi bernama Bilna. Keduanya masing-masing memegang saham di kedua perusahaan dan bekerja di gedung kantor yang sama. Mereka juga memperoleh investasi dari East Ventures.

Ada banyak ruang bagi entrepreneur di Indonesia 

 

Jika Anda bertanya apakah masih ada tempat untuk entrepreneur baru yang ingin terjun ke ranah internet di Indonesia, Jason menjawab ya.
“Selalu ada celah untuk mengincar pasar dan orang yang berbeda bahkan jika Anda membuat produk yang mirip [dengan yang sudah ada],” katanya. “Bahkan bisnis seperti menjual kopi juga bisa sukses. Di luar sana pastinya ada kesempatan dan Anda bisa sukses di industri Anda. Tingkat kesuksesan Anda mungkin tidak akan sebesar website e-commerce seperti Amazon yang menjual segala hal, tapi Anda masih bisa menghasilkan uang [dari bisnis Anda].”
Jason menambahkan bahwa entrepreneur sebaiknya lebih memiliki pertimbangan sebelum memutuskan industri mana yang akan mereka masuki.
“Ketika akan memilih bisnis apa yang akan saya jalankan, saya selalu melihat dua hal. Pertama, siapa saja pemain yang sudah ada di industri tersebut, dan kedua, hal berbeda apa yang bisa saya tawarkan kepada pengguna. Saya tidak melakukan banyak riset panjang mengenai besarnya pasar [yang akan saya masuki]. Saya hanya mencari gambaran besar pasar tersebut dan langsung mulai dari sana,” jelasnya.
“Pasar Indonesia masih sangat muda. Orang-orang kaya yang sekarang ada di majalah seperti Forbes adalah mereka yang menjalankan bisnis tradisional seperti tambang minyak dan gas. Kesempatan hadirnya milyuner internet di Indonesia sangatlah besar.”
Di kuartal kedua tahun ini, BerryBenka akan sangat sibuk karena mereka berencana untuk membuka segmen fashion pria dan juga produk hijab untuk wanita muslim.

1 comment:

  1. Mantap banget informasinya! komplit dan bermanfaat terutama bagi pencari promo groupon indonesia. Terima kasih..

    ReplyDelete